Selasa, 02 April 2013


HISTORY PONDOK PESANTREN SARANG


Sarang ….. , Ya itulah Sarang, nama dari sebuah kecamatan yang terletak di ujung timur propinsi Jawa Tengah dan masuk dalam wilayah administratif Rembang yang ketika diucapkan maka yang terlintas adalah pondok-pondok salaf yang berdiri megah di tepian pantai utara ( Pantura ) tepatnya di desa Karangmangu.Konon ketika zaman imperalisme, kondisi masyarakat Sarang berada dalam kondisi tatanan jahili, karena mayoritas penduduknya adalah kaum paganis serta penganut animisme dan dinamisme. Sementara kondisi ekonominya berada dalam strata yang sangat memprihatinkan, karena pada masa itu ekonomi masyarakatnya hanya bertumpu pada sektor pertanian dan nelayan yang masih menggunakan alat-alat konvensional dan manual, belum ada yang berniaga seperti yang kita lihat sekarang. Pada saat itulah terjadi eksodus besar-besaran orang-orang keturunan madura dari Sedayu Gresik Jawa Timur ke Sarang, karena dikejar-kejar oleh Belanda sebab mereka menolak untuk bekerja sama dengan kaum imprealis salibis tersebut yang mana eksodus tersebut membawa dampak positif bagi perkembangan ekonomi masyarakat Sarang. Hingga kini mayoritas penduduk Sarang adalah campuran etnis Madura Jawa. Dari sekian banyak keturunan Madura yang mengungsi ke Sarang adalah seorang ayah yang sangat berwibawa, beliau adalah K. LANAH yang dari beliaulah kelak lahir seorang tokoh agung yang menjadi pelopor berdirinya pondok pesantren dan MGS di Sarang. Beliau adalah SALIYO BIN LANAH atau yang lebih populer dengan KH. GHOZALY. Yang sekarang, sebagai rasa terima kasih dan untuk mengenang jasa-jasa beliau yang begitu besar nama beliau diabadikan sebagai nama madrasah yang kita cintai yaitu MADRASAH GHOZALIYYAH SYAFI’IYYAH ( MGS ) yang didirikan pada tahun 1934 M.
Sejarah mencatat dengan tinta emasnya bahwa beliau adalah seorang yang sangat dermawan dan pekerja keras dalam membangun sumber daya masyarakat dan berdakwah di Sarang. Terbukti, untuk memperlancar misi dakwahnya sebagai media pembelajaran bagi murid-muridnya, beliau dengan telaten menulis sendiri kitab-kitab besar semacam : Tasfir Jalalain, Fathul Mu’in, Bulughul Marom Dll. (Karena memang pada waktu itu belum ada percetakan kitab seperti sekarang). Dan sampai sekarangpun manuskrip-manuskrip emas nan elegan itu masih tersimpan rapi di Pondok MIS dan MUS sebagai bukti sejarah.
Berawal dari sebuah musholla kecil (sekarang masjid MIS) beliau dengan gigih memulai aktivitas dakwahnya. Dengan semangat yang tinggi beliau menyeru umat untuk meninggalkan budaya-budaya dan kepercayaan jahili menuju budaya tuntunan Ilahi dan kepercayaan haqiqi yang sesuai dengan fitrah insani, yaitu agama Islam. Dan sungguh hasil yang tak ternilai bisa kita lihat sekarang bagaimana perubahan signifikan terjadi di Sarang. Kini sudah 7 (tujuh) pondok pesantren berdiri megah disana, ditambah MGS yang menjadi media perekat bagi pondok-pondok tersebut. Beribu-ribu alumnus menyebar tidak hanya di pulau Jawa, bahkan di seluruh nusantara. Tidak sedikit dari mereka yang sukses berdakwah dengan mendirikan pesantren atau institusi-institusi pendidikan yang lain.
Adalah sebuah prestasi yang sangat gemilang, dari anak seorang perantau bernama Saliyo Bin Lanah atau Ghozaly. Sunnatulloh sudah menggariskan bahwa setiap ada perjumpaan pasti ada perpisahan, dimana ada kehidupan disitu pula ada kematian. Tepatnya pada tahun 1859 M. sang Kholiq berkehendak menjemput hamba yang sangat dicintai-Nya ( Allohummarhamhu ) Dan dunia pun menangis melepas kepergiannya.
Sang tokoh boleh tiada, tapi tongkat estafet dakwah harus tetap terjaga. Maka sepeninggal beliau tugas mulia itu dilanjutkan oleh sang menantu, yaitu KH. UMAR BIN HARUN. Selama 31 tahun beliau mengendalikan cikal bakal podok Sarang ini dengan perkembangan yang cukup pesat, hingga akhirnya pada tahun 1890 M. beliau dipanggil oleh Allah SWT. dan perjuangan pun dilanjutkan oleh menantu KH. Ghozaly yang lain, yaitu KH. SYU’AIB Bin ABDURROZZAQ dan dibantu oleh putranya KH. AHMAD Bin SYU’AIB. Pada era kepemimpinan KH. Syu’aib lah pondok Sarang ini berkembang dengan sangat pesat sekali, sehingga ketika beliau menghadap Ilahi Robbi tepatnya pada tahun 1928 pesantren pun berkembang menjadi dua, yang asal (utara jalan raya) diberi nama MA’HADUL ‘ILMI AS-SYAR’I ( MIS ) yang diasuh oleh KH. IMAM KHOLIL (Sepeninggal pengasuh kedua, yaitu KH. FAQIH IMAM, sekarang pondok ini diasuh oleh KH. UMAR FARUQ & KH. ROGHIB MABRUR). Sedangkan yang baru (sebelah selatan jalan) diberi nama MA’HADUL ‘ULUM AS-SYAR’IYYAH ( MUS ) yang diasuh oleh KH. ACHMAD SYU’AIB dibantu oleh menantunya KH. ZUBAIR DAHLAN. (Sepeninggal beliau pondok ini diasuh oleh KH. ABD. ROCHIM ACHMAD dan kini diganti oleh putranya KH. MOCH. SA’ID AR.).
Seiring perputaran waktu, pesantren berkembang semakin pesat hingga akhirnya bedirilah pondok-pondok pesantren yang lain seperti :
-       PP. MANSYA’UL HUDA (PMH) diasuh oleh KH. Abdulloh ( sekarang diasuh oleh KH. Abu Na’im )
-       PP. AL-AMIN diasuh oleh KH. Ali Masyfu’ ( sampai sekarang )
-       PP. AL-ANWAR diasuh oleh KH. Maimoen Zubair ( sampai sekarang )
PP. AL-HIDAYAH diasuh oleh KH. Abd. Hamid Bin Ahmad (sekarang diasuh oleh K. A. Ustukhri Irsyad)
-       PP. NURUL ANWAR diasuh oleh KH. Aufal Marom ( sampai sekarang )
Demikianlah sekilas tentang berdirinya pondok pesantren Sarang. Semoga kita bisa mengambil ‘ibroh, sehingga kita bisa bersama beliau di akhirat. Amiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar